Thursday, August 28, 2025

Polisi Segel Dapur MBG di Lebong: 456 Siswa Jadi Korban, Kapolda Turun Tangan!

Lebong UKN

Kabupaten Lebong diguncang kasus luar biasa yang membuat ribuan orang terhenyak. Ratusan siswa dari berbagai sekolah tiba-tiba mengalami gejala keracunan massal usai menyantap makanan yang didistribusikan dari sebuah dapur penyedia jasa katering sekolah, yakni Dapur MBG. Polisi bergerak cepat: menyegel lokasi dapur dan mengamankan penanggung jawabnya. Kapolda Bengkulu, Irjen Pol Mardiyono bahkan turun langsung memastikan investigasi berjalan transparan.

Baca Juga  yaitu

1.    Usai Santap Makan Bergizi Gratis, RSUD Lebong Kewalahan, Polisi Turun Tangan”

2.    Iuran BPJS NaikRakyat Kecil dan Menengah menjerit

3.    Analisis Hukum atas Pembunuhan Sadis Kepala KCP BRI bebarapa hari yang lalu

4.    Geger di Musi Rawas!Oknum Pejabat Dinsos Diduga Intimidasi Wartawan, Ketua IWO.I Angkat Suara: “IniSerangan terhadap Kebebasan Pers!”

5.    Jejak PanjangPenculikan dan Pembunuhan Sadis Kepala KCP BRI Cempaka Putih

6.    Kejagung Digugat karena Diduga ‘Main Mata’, Eksekusi Silfester Matutina Mangkrak Bertahun-tahun!

Kasus ini tidak hanya menggemparkan dunia pendidikan di Lebong, tetapi juga menimbulkan pertanyaan besar soal standar keamanan pangan, pengawasan distribusi makanan sekolah, hingga tanggung jawab pihak-pihak terkait.

Panik dan kepanikan menyelimuti para guru, orang tua, hingga tenaga medis. Sejak pagi hingga sore, ambulans dan mobil pribadi bergantian membawa siswa ke rumah sakit. Korban yang mengalami muntah, pusing, dan sakit perut terus berdatangan tanpa henti.

Berdasarkan data resmi dari Kasubsi Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi (PIDM) Humas Polres Lebong, Aipda Syaiful Anwar, jumlah korban yang mendapat perawatan mencapai angka mencengangkan.

“Total hingga pukul 15.00 WIB mencapai 456 orang. Dari jumlah itu, 119 orang menjalani rawat inap, 328 orang rawat jalan, dan 9 orang rawat mandiri,” jelas Aipda Syaiful kepada wartawan.

Angka ini menunjukkan betapa masifnya dampak dari peristiwa yang disebut-sebut sebagai kasus keracunan massal terbesar di Lebong dalam satu dekade terakhir.

RSUD Lebong bukan satu-satunya lokasi perawatan. Sejumlah puskesmas di berbagai kecamatan juga dipenuhi korban.

1.    Puskesmas Muara Aman merawat 3 siswa.

2.    Puskesmas Semelako menangani 41 siswa.

3.    Puskesmas Lemeupit menerima 3 pasien.

4.    Puskesmas Talang Leak merawat 17 siswa.

5.    Puskesmas Sukaraja bahkan merawat 1 orang guru.

Kondisi ini membuat tenaga medis bekerja tanpa henti. “Kami fokus dulu pada penanganan anak-anak karena sebagian masih lemah dan membutuhkan observasi lebih lanjut,” ungkap seorang tenaga medis di RSUD Lebong yang enggan disebutkan namanya.

Melihat skala kasus yang begitu besar, Kapolda Bengkulu Irjen Pol Mardiyono langsung turun ke lokasi. Ia menegaskan bahwa prioritas utama adalah keselamatan anak-anak.

“Saat ini kami utamakan dulu penanganan pasien, terutama anak-anak. Investigasi berjalan, tapi nyawa dan kesehatan mereka tetap yang paling utama,” tegas Kapolda.

Lebih jauh, Kapolda menekankan bahwa pihaknya tidak ingin berspekulasi sebelum hasil laboratorium resmi keluar.

“Untuk sementara kita tidak bisa menyimpulkan. Hasil dari laboratorium BPOM sendiri belum keluar. Dari Polres sudah meminta keterangan, namun belum bisa dipastikan. Kami akan telusuri mulai dari dapur penyedia makanan hingga proses penyalurannya,” tambahnya.

Pernyataan ini sekaligus menegaskan bahwa polisi tidak ingin gegabah, meski tekanan publik cukup besar.

Dalam rangka penyelidikan, polisi bertindak cepat. Dapur MBG yang selama ini menjadi penyedia makanan bagi sekolah-sekolah di Lebong resmi disegel. Polisi juga mengamankan ketua dapur untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

Penyegelan ini tentu menimbulkan tanda tanya. Apakah dapur MBG lalai dalam menjaga higienitas makanan? Ataukah ada masalah lain dalam proses distribusi?

Warga sekitar dapur MBG mengaku kaget saat melihat garis polisi membentang di depan bangunan itu. “Setahu kami, dapur itu memang sering dapat orderan besar dari sekolah-sekolah. Tidak pernah ada masalah sebelumnya,” ujar seorang warga.

Di balik angka statistik, ada cerita memilukan dari para orang tua. Tangis histeris terdengar di ruang IGD RSUD Lebong. Seorang ibu berteriak ketika melihat anaknya lemas tak berdaya di ranjang perawatan.

“Anak saya baru kelas dua SMP, sehat-sehat saja tadi pagi. Setelah makan di sekolah, langsung muntah-muntah,” ucapnya sembari menyeka air mata.

Tak sedikit orang tua yang mengaku trauma. Mereka kini khawatir setiap kali anak diminta makan bersama di sekolah.

Kasus ini menyisakan pertanyaan serius. Bagaimana mungkin ratusan siswa bisa keracunan dalam waktu yang hampir bersamaan?

Pakar kesehatan masyarakat menilai, kasus ini menyingkap rapuhnya sistem pengawasan makanan di lingkungan sekolah. Distribusi katering yang masif tanpa pengawasan ketat bisa menjadi bom waktu.

“Ini bukan sekadar kelalaian, tapi kegagalan sistemik. Pemerintah daerah harus bertanggung jawab. Kesehatan anak-anak tidak boleh dijadikan eksperimen,” kata seorang akademisi kesehatan dari Universitas Bengkulu.

Kunci jawaban dari misteri ini terletak pada hasil uji laboratorium Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Sampel makanan yang diduga menyebabkan keracunan sudah dikirimkan untuk diperiksa.

Hasil uji ini akan menentukan apakah penyebab keracunan berasal dari bakteri, zat kimia, atau kontaminasi lain. Tanpa hasil pasti, polisi menahan diri untuk tidak memberikan kesimpulan dini.

Meski penyelidikan masih berjalan, desakan publik terus menguat. LSM, aktivis pendidikan, hingga tokoh masyarakat mendesak agar kasus ini ditangani secara terbuka.

“Jangan sampai kasus sebesar ini hanya berakhir dengan kambing hitam. Polisi harus ungkap siapa yang paling bertanggung jawab,” tegas seorang tokoh masyarakat Lebong.

Di media sosial, tagar UsutTuntasKeracunanLebong ramai digaungkan. Netizen menuntut transparansi agar kasus serupa tidak terulang.

Sementara aparat bekerja mencari penyebab, puluhan anak masih terbaring lemah di rumah sakit. Butuh waktu untuk memulihkan kondisi fisik maupun trauma psikologis mereka.

Guru-guru pun menghadapi tugas berat. Aktivitas belajar terganggu, sementara rasa takut masih membayangi siswa. Beberapa sekolah bahkan dilaporkan meniadakan jam makan bersama hingga hasil investigasi diumumkan.

Kasus keracunan massal di Lebong bukan hanya tragedi kesehatan, tetapi juga alarm keras bagi semua pihak. Penyegelan dapur MBG hanyalah langkah awal. Masyarakat menanti jawaban pasti: siapa yang lalai, siapa yang bertanggung jawab, dan bagaimana jaminan agar anak-anak tidak lagi menjadi korban.

Satu hal yang pasti, kasus ini akan tercatat sebagai salah satu insiden keracunan massal terbesar di Bengkulu. Lebong kini menanti kebenaran yang masih terkunci di balik hasil laboratorium BPOM dan penyelidikan aparat. (TIM)

Share:

0 komentar:

Featured Post

Menguak Misteri Facebook Pro, Mengapa Kreator Pemula Gagal, Sementara Para Suhu Justru Berjaya?

SEKDIS PENDIDIKAN

KABID SMP DISDIK EMPAT LAWANG

KABID KESMAS

KABID SDA DINAS PUPR 4L

KABAG KESRA EMPAT LAWANG

KABAG UMUM EMPAT LAWANG

KABAG TAPEM

SMAN 1 LK

SMAN 1 SALING

SMAN 1 PENDOPO

SMAN 3 TEBING TINGGI

SMAN 1 MUARA PINANG 4 L

SMKN 1 EMPAT LAWANG

SMKN 2 EMPAT LAWANG

SLBN 4L

SMP N 2 TT

SDN 1 TALANG PADANG

KADES KARANG ARE TP

KADES KEMBAHANG BARU

KADES ULAK DABUK TP

PJ. KADES MEKAR JAYA TB. TINGGI

SD NEGERI 24 TBG. TINGGI

Cari di web ini

Tag